THAREZ dan LOIRE
Jika bisa dikatakan sebagai hari tersial, mungkin
hari inilah yang akan mendapat predikat sebagai hari tersial versi Thara. Gadis
yang rambutnya selalu terkuncir kuda dengan poni samping itu adalah salah satu
siswi sebuah sekolah negeri di kota bandung. Kulit kuning langsat dengan lesung
di kedua pipinya menambah nilai plus gadis itu. Namun sayang, Thara adalah
seorang gadis yang agak cuek. Bahkan terkesan tidak peduli dengan
penampilannya. Seperti sekarang ini.Berkali-kali Thara sudah menutup rapat
telinganya dari ocehan Selyn yang semakin menjadi-jadi.
Selyn adalah sahabat dekat Thara. Menurut Thara,
Selyn itu nggak lebih dari sekedar salon
berjalan. Apa aja yang diceritakannya pasti nggak jauh dari kata cewek, cantik,
make up dan sejenisnya. Mungkin jika ada pemilihan duta kecantikan, Thara yakin
pasti Selyn-lah yang menjadi pemenangnya.
“ Ra, harusnya kamu itu jadi cewek yang bener dong ?
“ omel Selyn dengan setengah berbisik.
Matanya sambil sesekali memasang sikap waspada ke arah depan. Berjaga-jaga
supaya tidak ketahuan Pak Adam yang sedang menjelaskan tentang Teori Redoks. Jika ketahuan
berbicara, Pak Adam pasti akan menyuruh mereka keluar dari kelas.
“ Emangnya, selama ini aku jadi cewek nggak benar
apa ? “ gerutu Thara. Selyn segera menggeleng dengan tegas.“ Maksud aku bukan
gitu, Ra. Maksudku tuh sekali-kali kamu bersikap selayaknya cewek, bukan kaya
cowok begini. Amburadul gak jelas “
Thara melotot tak terima. “ Enak aja ngatain aku
amburadul. Berapa kali aku harus bilang ke kamu sih Sel, kalau aku tuh nggak
suka didandanin kayak cewek. Menye banget tahu nggak “
“ Tapi kan itu wajar, Ra. Namanya juga cewek. Ya
pasti harus dimaklumin dong “ balas Selyn tak mau kalah. Tanpa mereka ketahui,
sepasang mata dibalik kacamata tebal itu mengintai mereka dengan wajah garang.
“ Selyn, tapi kan- “
Brakkkk!!!!!
Ucapan Thara terpotong seketika saat penggaris kayu
itu mendarat di meja mereka. Selyn segera
mengelus dadanya berkali-kali karena kaget. Tak terkecuali Thara. Gadis
itu bahkan wajahnya sangat pucat.
“ Bapak di
depan menjelaskan teori redoks dengan sungguh-sungguh, kalian malah enak-enakan
ngobrol disini. Mau gantiin bapak ngajar ?
“ Pak Adam menunjuk Thara dan Selyn bergantian. “ Kalau generasi muda
sekarang seperti kalian berdua, mau jadi apa Negara ini ? “
“ Ya nggak jadi apa-apa lah, Pak. Emangnya Negara ini
Power Ranger apa, harus berubah segala. Abisnya bapak juga ngebosenin sih
neranginnya. Makanya mereka berdua memilih ngobrol daripada mendengarkan
penjelasan bapak “ celetuk seseorang dari sudut kelas. Thara memicingkan
matanya lalu segera menggeleng. Dasar tukang cari masalah. Lagi-lagi anak itu
yang selalu menjadi lakonnya. Siapa lagi kalau bukan Eric.
“ Eric ! “ suara Pak Adam menggelegar seketika. Tapi
nampaknya suara itu tak berpengaruh apapun pada makhluk berjenis cowok dengan nama
panggilan Eric itu. Dia hanya menatap santai ke arah Pak Adam seolah tak
terjadi apa-apa. Mulutnya asyik berkomat-kamit entah mengucapkan kata apa.
“ Kamu bilang apa tadi ? Power Ranger ? Apa maksud
kamu? Mau membela Thara dan Selyn ? Atau kamu juga bosen ikut pelajaran bapak?
Kalau iya silahkan kamu dan– “ Pak Adam menunjuk Thara dan Selyn. “ Kalian
berdua sekarang pergi ke perpustakaan. Bereskan semua buku yang ada disana
sampai rapi. Jika belum, jangan harap bapak akan menghentikan hukuman ini “
“ Jangan
membantah “ Pak Adam berucap tegas saat melihat Selyn dan Thara ingin
melancarkan protes. Berbeda dengan Eric yang langsung bergegas ke luar kelas.
Dari wajahnya saja, Eric terlihat sangat gembira. Berbeda dengan Thara yang
wajahnya mirip Pakaian bekas alias lecek. Lain halnya dengan Selyn, gadis
penyuka lollipop itu senyam-senyum sendiri.
“ Jangan cemberut terus, Ra. Kamu tau – “
“ Nggak !!! “ Selyn memanyunkan bibirnya. “ Nggak
asik banget sih Ra, aku kan Cuma mau bilang, kalau sedikit kerutan aja ada di
wajah, itu bisa mengurangi tingkat kecantikan kita. Makanya jangan cemberut
terus. Kamu mau cepet tua ? “
Langkah mereka berdua terhenti saat Eric berdiri di
hadapan mereka. Menatap kedua gadis di depannya bergantian. “ Nggak ada topik lain selain cantik, apa ? Aku
bosen ngedenger kalian bicara itu terus sejak tadi “
Thara memajukan langkahnya. “ Kalau kesal gara-gara
dihukum, ngapain juga kamu ngebelain kita tadi? Kita nggak butuh pembelaan dari
kamu juga kok. Pakai nyalah-nyalahin Selyn lagi. Terserah dia dong mau bahas
apa ? Kok jadi kamu yang repot, sih “. Emosinya kembali mencuat. Entah spesies
jenis apa si Eric itu. Thara sudah bosan berurusan dengan makhluk seperti Eric.
Ya, inilah Thara. Meski beribu kali dia berucap
bosan kepada Selyn, tapi Selyn tetaplah sahabatnya. Dan dia tidak rela jika ada
orang lain menyakiti sahabatnya meski itu hanya sebuah ucapan kata.
hSetelah itu, mereka memilih berdiam. Menuruti apa
kata Pak Adam untuk merapikan buku-buku yang ada di perpustakaan. Bahkan Selyn
rela menyentuh buku-buku kotoryang katanya bakal merusak kecantikan kukunya itu
demi Thara yang sudah kecapekan.
“ Hei, aku dapat buku bagus “ ucap Selyn dengan
riang. Iamenghampirieric dan Thara yang sudah duduk di bangku panjang dekat
pintu perpustakaan. Thara mengernyitkan keningnya. Begitupun dengan Eric yang
memasang wajah penasaran.
Selyn menyodorkan buku itu kearah Eric dan ikut
dudukdi samping Thara. Eric mulai membuka buku itu. Sebenarnya buku itu tidak
aneh, hanya saja tulisan di buku itu sulit untuk dibaca. Bahkan Eric yang
mendapat gelar “ Si Jenius “ pun tak bisa membaca tulisan itu.
“ Coba biar aku yang baca “ Thara meraih buku itu
dari tangan Eric. Cowok itu mencibir tak
suka. “ Kayak bisa aja baca bukunya “.
Thara tak ambil pusing dengan perkataan Eric. Ia
lebih tertarik dengan buku itu daripada menanggapi ucapan Eric yang pastinya
sangat menyebalkan. Thara melihat tulisan di buku itu dengan seksama. Tunggu !
Sepertinya ia menegtahui maksud tulisan ini. Selyn yang melihat perubahan raut
wajah Thara menjadi semakin yakin jika gadis itu mengerti apa maksud buku yang
ditemukannya tadi.
“ Isinya apa, Ra ? “
“ Udah aku bilang, Thara juga nggak bakalan ngerti,
Sel “ lagi-lagi Eric bersikap menyebalkan. Thara menjadi semakin kesal. “ Kata
siapa aku nggak bisa baca buku ini. Aku tahu kok tulisan yang ada di buku ini.
Buku ini berjudul “ Tharez et Loire “ ucap Thara mantap. Eric menatap Thara
hampir tak berkedip. Begitupula Selyn. Thara benar-benar hebat !, mungkin
begitulah isi kepala mereka.
Tak berapa lama setelah Thara mengucapkan kata-kata
itu suasana berubah mencekamkan. Langit di luar yang tadinya cerah sekarang
mendadak diselimuti awan hitam dengan angin yang bertiup semakin kencang. Selyn
yang anaknya memang penakut ikut menjerit ketakutan. Mungkin untuk saat ini,
Eric tak lagi bersikap menyebalkan. Ia bertindak sebagi seorang anak laki-laki
yang bertugas melindungi kaum perempuan.
Tiba-tiba buku yang dipegang Thara terjatuh dan
tepat membuka di halaman tengahnya yang bergambar sebuah cermin.Ini bukan ilusi
mereka. Semua ini nyata. Mereka bertiga melihat setitik cahaya keluar dari
gambar cermin itu. Lama-kelamaan cahaya itu semakin besar dan menyelimuti tubuh
mereka lalu semuanya menghilang.
*****
“ Paman, siapa mereka ? “ Tanya seorang anak
laki-laki yang berambut pirang. Wajahnya
sangat tampan. Ia memakai Pakaian yang sangat aneh. Bentuk Pakaian itu mirip
seperti Pakaian seorang pangeran. Sebuah busur panah terlihat dari balik
punggungnya. Laki-laki yang dipanggil Paman itu menggeleng tak tahu.
Disampingnya seorang nenek tua tersenyum saat melihat kebingungan mereka.
“ Mereka manusia yang tinggal di bumi “ jawab nenek
itu. Anak laki-laki itu semakin mengernyitkan keningnya.” Bumi ? Darimana nenek
tahu ? “
Nenek tua itu bernama Nenek Osca. Rambutnya terlihat
berwarna putih dan sedikit disanggul. Wajahnya terlihat sangat cantik meskipun
usianya sudah tak lagi muda. Nenek Osca hanya memamerkan deretan giginya yang
sudah ompong sembari menunjukkan sebuah gambar dari lukisan di dinding rumahnya.
“ Mereka bisa sampai di sini karena buku itu, Arez “
Arez, anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya
paham. “ Tapi bukannya hanya orang-orang
keturunan negeri ini yang bisa sampi di sini ? Apa mereka juga salah satu
keturunan negeri ini ? “
Paman Oliver mengangguk yakin. Matanya menelisik
satu persatu dari mereka. “ Bisa jadi
Arez. Paman yakin kalau salah satu dari mereka memang keturunan negeri ini “
“ Akhirnya mereka sadar juga “ Nenek Osca berseru
gembira. Arez dan Paman Oliver segera menghampiri Nenek Osca. Rupanya Thara,
Eric, dan Selyn sudah sadar. Mereka
bertiga terlihat kebingungan. Nenek Osca duduk di dekat mereka dan membuatkan
sebuah ramuan.
“ Minum ramuan ini. Ramuan ini akan memulihkan
kesehatan kalian “ Nenek Osca menyodorkan tiga gelas minuman kepada mereka
bertiga. Mereka bertiga hanya saling pandang sebelum Arez menyuruh mereka untuk
meminum ramuan Nenek Osca.
Thara menyerahkan gelas itu kembali dan menatap
ketiga orang asing di depannya untuk menuntut jawaban. Paman Oliver mengangguk dan segera menceritakan semuanya.
Bisa dibayangkan betapa terkejutnya wajah Thara, Eric, dan Selyn setelah
mendengar cerita dari Paman Oliver.
“ Jadi kami berada di negeri Loire ? Lewat buku
ajaib ? “ Tanya Thara. Arez mengangguk membenarkan. Ia duduk berdampingan
dengan Nenek Osca di sebuah sofa yang terbuat dari kayu.
Eric beranjak berdiri dan mendekati Paman Oliver. “
Jadi intinya kami tersesat, Paman ? Kami bisa berpetualang dong “ serunya
gembira. Selyn ikut mendekati keduanya. “ Apa ini negeri para Peri ? Seperti
daratan Neverland ? Atau negeri Para Elf ? “ Tanya Selyn beruntun.
Paman Oliver beranjak berdiri mendekati jendela yang
berbentuk setengah lingkaran. “ Ini
negeri Loire. Negeri kami. Kami bukan seperti bayangan kalian. Kami sama
seperti manusia di bumi, hanya saja hidup di negeri Loire jauh lebih indah.
Negeri ini bebas dari yang namanya kerusakan. Tidak seperti di bumi. Manusia di
negeri Loire sangat mencintai alam. Kita bersaudara dengan alam, kecuali Kaum
Loire hitam. Mereka adalah kaum yang licik dan jahat. Mereka adalah kaum
perusak “ jelas Paman Oliver. Eric dan Selyn ternganga mendengar jawaban
Paman Oliver. Mereka hamper tak percaya
jika mereka saat ini berada di negeri bernama Loire.
“ Aku rasa kita sedang bermimpi “ ucap Eric. Selyn
ikut menganggukkan kepala. Begitupun dengan Thara. Nenek Osca terkikik
mendengar ucapan Eric. Ia kemudian mengajak ketiganya pergi ke dapur untuk
belajar membuat ramuan. Thara dan Selyn terlihat begitu senang. Lain halnya
dengan Eric. Ia memilih mengikuti Arez dan Paman Oliver pergi ke kebunnya.
Kebun Paman Oliver sama halnya dengan kebun di dunia
nyata. Paman Oliver menanam berbagai macam sayur-mayur beserta buah-buahan
segar. Hanya saja bentuk buah-buahan itu sedikit besar dari ukuran normalnya.
Ada beberapa jenis sayur yang mereka ketahui, seperti cabau, tomat, lobak,
wotel, bayam, dan sejenisnya. Warna buah-buhan pun terlihat aneh. Seperti
sekarang ini, Arez dan Eric sedang menyicipi semangka milik Paman Oliver.
Anehnya, daging buah semangka itu berwarna biru tapi rasanya tetap rasa buah
semangka. Begitupula pula dengan buah-buah lain. Ada strawberry yang berwarna
ungu, melon berwarna orange, serta adapula buah belimbing berwarna coklat. Jika
di dunia mereka, pasti buah ini memanfaatkan rekayasa genetika.
“ Paman, kenapa warna buahnya aneh sekali ?
Bentuknya juga besar-besar ? “ tanya Eric di tengah acara makannya. Paman
Oliver mengambil sebiji pisang berwarna merah lalu mengupas dan memakannya
pelan.
“ Itulah negeri Loire, Nak. Semua ini terasa seperti
dongeng. Tapi ini nyata bukan khayalan kalian saja. Paman tidak tahu sebabnya
mengapa buah-buahini berbentuk serta berwarna aneh. Sejak Paman lahir,
buah-buah ini bentuknya sudah seperti ini “ jelas Paman Oliver.
Arez mengambil sebuah apel dan menggigitnya. “
Kurasa hanya kakek Osca yang tahu jawabannya “.
Eric menatap Arez dengan sorot mata bertanya. “
Kakek Osca ? Siapa dia ? “.
“ Dia suami Nenek Osca. Tapi sayang, kakek Osca
sudah meninggal dan kamu tidak bisa bertanya kepadanya tentang pikiran-pikran
konyolmu itu “ jawab Arez santai. Eric mendengus pelan lalu kembali makan. “
Asal kamu tahu saja kalau pikiranku ini itu kritis, bukan konyol. Orang
sepertimu mana mengerti ucapan seseorang yang jenius seperti aku “
“ Jenius darimana ? Kamu itu ceroboh bukan jenius “
Arez tak mau mengalah. Begitupun dengan Eric. Mereka berdua saling menyalahkan
dan menganggap diri mereka-lah yang paling benar. Paman Oliver benar-benar
sampai pusing kepala dibuatnya. Untung saja Nenek Osca beserta Thara dan Selyn
segera datang. Kalau bukan karena Thara, mungkin Arez dan eric masih akan terus
berdebat sampai sekarang. Baru setelah thara menegur mereka, mereka akhirnya
mau berdamai. Eric menatap Arez malas lalu menyodorkan tangannya dengan enggan.
Keduanya bahkan tidak mau saling menatap saat bersalaman. Mereka akhirnya
memutuskan untuk pulang. Sebelum beranjak dari kebun, kaki Eric menyenggol
sesuatu. Matanya membulat sempurna begitu melihat benda yang terdapat di
sebelah kakinya. Cermin. Eric masih ingat persis bentuk cermin itu sama dengan
gambar cermin yang ada di buku yang terakhir kali mereka lihat.
“ Kenapa, Ric ? “ Tanya Thara saat menyadari cowok
itu terdiam di tempatnya sambil melihat ke bawah. Penasaran dengan apa yag
dilihat Eric, Thara langsung menghampiri cowok itudengan Selyn yang mengekor di
belakangnya. Arez dan yang lainnya sudah
pergi duluan.
“ Eric, bukannya itu cermin yang ada di buku, ya ? “
Eric mangut-mangut mendengar pertanyaan Thara. Ia langsung mengambil cermin itu
dan mengusapnya pelan. Lihat, cermin itumengeluarkan sesuatu dari dalamnya.
Cermin itu kembali mengeluarkan cahaya yang semakin lama menelan tubuh Thara,
Selyn, dan Eric. Pada akhirnya mereka hilang dan musnah. Sebuah lorong dimensi membawa mereka berpindah
tempat menuju ke sebuah tempat yang tidak mereka duga sebelumnya. Ke tempat
dimana sebuah rahasia akan terungkap.
*****
Ketiga anak itu terus berteriak ketakutan. Lorong
panjang itu belum berakhir juga. Malahan, lorong panjang itu semakin berubah
menjadi hitam. Selyn memekik ketakutansambil terus memegang lengan Thara.
“ Thara, aku takut “ lirih Selyn. Tubuhnya terlihat
bergetar. Thara mengusap bahu Selyn seraya terus mengucapkan kata-kata
penenang. Meskipun dirinya juga merasa takut, tapi Thara dan menunjukkannya di
depan Eric dan Selyn. Ia hanya memendamnya sendiri. Ia tak mau merepotkan
sahabatnya. Entah sejak kapan ia menganggap Eric termasuk dari sahabatnya.
Meskipun terkadang cowok itu menyebalkan sekali, tapi Eric selalu dapat
bersikap seperti seorang sahabat.
Berkali-kali ia dan thara mencoba menghibur selyn. Butuh lama bagi
mereka untuk menenangkan Selyn sampai akhirnya gadis itu terdiam dari
tangisannya. Dengan wajah yang masih sembab, Selyn mengucapkan kata-kata maaf
dan terima kasihnya kepada Eric dan Thara. Sayangnya, nasib tidak meneyenangkan
kembali menyapa mereka. Lorong itu semakin cepat turun ke bawah dan akhirnya
mereka terjatuh di sebuah tempat.
Eric segera berdiri sambil memeganggi punggungnya
yang nyeri akibat menatap lantai yang keras. Tharamenggigit bibirnya menahan
sakit sambil memegang lengan kirinya. Tak jauh berbeda, dengan Selyn. Mungkin
nasibnya sedikit beruntung daripada Thara dan Eric. Ia jatuh menimpa sebuah
matras yang sudah usang di sudut ruangan. Saat ini mereka bertiga ada di sebuah
tempat yang lebih aneh lagi. Tepatnya di sebuah ruangan. Tempat itu gelap, lembab serta dingin. Thara
melihat ke arah jam tangannya dengan bantuan senter kecil milik Selyn yang
selalu dibawa kemana-mana. Jam masih menunjukkan waktu siang hari. Tapi entah
mengapa, suasana di tempat itu seperti malam hari. Gelap gulita tanpa ada
penerangan apapun.
Belum terjawab rasa penasaran mereka. Sebuah suara
terdengar. Ini seperti suara langkah kaki dan orang bercakap-cakap. Mereka
bertiga memilih bersembunyi di dekat sebuah lemari besar di sudut ruangan yang
lain. Suara itu semakin mendekat. Ketiganya memilih menutup mulut mereka supaya
tidak menimbulkan suara-suara mencurigakan dan mengundang orang-orang itu
menemukan mereka.Di dekat tempat itu ada sebuah buku berwarna hitam. Thara
membaca sekilas judul buku itu. Buku itu berjudul “ Buku Kegelapan “.
“ Ada apa panglima ? “
“ Sepertinya hamba mencium aroma manusia di sini,
Tuan “ jawab panglima tersebut.
“ Manusia? “ Tanya seseorang berjubah hitam. Sang
panglima mengiyakan. Orang berjubah itu tersenyum sinis.
“ Rupanya putri Loire sudah tiba di sini “ jawab
orang itu. Sang panglima mengernyit heran. “ Maksud tuan ? “
“ Aku melihat ada tiga penyusup disini dan salah
satu dari penyusup itu adalah keturunan Loire, lebih tepatnnya dia adalah anak
dari raja Loire yang aku buang di dunia manusia. Lalu aku membunuh keduaorang
tuanya, tapi sayangnya anak tertua mereka putra Loire berhasil menyelamatkan
diri. Kamu tahu siapa putra Loire ? Ya, dia adalah Arez “ jelas orang itu. Dia
adalah sang raja kegelapan, Raja Cartez namanya. Dia adalah pemimpin bangsa
Loire hitam yaitu bangsa Loire yang dikuasai oleh kekuatan jahat.
“ Panglima, cepat cari ketiga penyusup dan tangkap
mereka. Bawa mereka hidup atau mati ke hadapanku, tapi jangan untuk putri
Loire. Aku akan membunuhnya bersama dengan saudara laki-lakinya “ raja cartez
tertawa menggelegar.
Ketiga anak itu masih tak bersuara. Khusus Thara dan
Selyn, wajah mereka berubah menjadi pucat. Pasalnya, setelah mendengar ucapan
raja cartez mereka berubah ketakutan. Mereka perempuan dan yang dimaksud
penyusup serta keturunan Loire sudah pasti diantara mereka berdua. “ Aku nggak
mau ditangkap mereka “ pekik Selyn ketakutan. Tanpa mereka ketahui, di hadapan
mereka berdiri seseorang dengan senyum dingin menakutkan. Rupanya, sang raja
kegelapan menjumpai mereka begitu cepat.
“ Siapa kalian wahai anak manis ? “ senyum
menakutkan itu masih terpatri di wajahnya.
Eric maju dan menatap sang raja dengan tenang. Ia
memperkenalkan dirinya beserta Selyn da Thara. Sang raja kembali tertawa dengan
suara yang menakutkan. Selyn semakin mencengkeram ujung seragam Thara.
“ Kemarilah nak, aku ingin berkenalan denganmu “
pinta raja cartez. Thara menggeleng dengan tegas. Ia memberi aba-aba kepada
Selyn dan Eric untuk melarikan diri. Begitu raja cartez lemah, mereka dan
mereka berhasil. Raja cartez mengeram dengan marah. Ia berteriak memerintahkan
para pngawalnya untuk menangkap ketiga bocah itu.
“ Dasar bocah tak berguna “
Di lain tempat, ketiga anak itu masih terus berlari.
Para pengawal itu pun rupanya masih berusaha keras mengejar mereka. Mereka
memasuki wilayah hutan perbatasan. Eric dan keduanya sesekali berhenti untuk
mengatur nafas mereka. Selyn sudah mengeluh
bahwa tubuhnya terasa sangat lelah. Thara dan Eric merasa sependapat. Jika
dihitung mereka sudah berlari sejauh 3 kilometer lebih. Dan sekarang tenaga
mereka benar-benar terkuaras habis.
Hap !
Pekikan suara Selyn menghentikan langkah Eric dan Thara.
Mata mereka membulat saat melihat apa yang terjadi. Selyn tertangkap oleh
pengawal itu. Mereka semakin menjauh. Karena tak tahu apa yang dilakukan, Eric
dan Thara bergegas meminta pertolongan Paman, nenek serta Arez. Sampai di rumah
Nenek Osca, Thara menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mereka terlihat marah
sekali.
“ Sebenarnya mereka salah tangkap “ ucap Arez. “
Sebetulnya putri Loire itu kamu Thara, bukan Selyn “
Thara menatap tak percaya. “ Bagaimana bisa? “
Arez berdeham lalu menatap ke arah langit-langit
dengan pandangan menerawang. “ Semalam aku bermimpi bertemu ayah dan
bunda.Mereka memberitahukan rahasia yang sebenarnya. Tentang siapa kamu
sesungguhnya “. Penjelasan Arez membuat Thara terdiam. Semua ini terasa seperti
mimpi yang begitu nyata.
“ Lalu apa yang kita lakukan ?” Eric angkat bicara.
Mereka semua terdiam. Alhasil semalaman penuh mereka terus terjaga sambil
menyusun strategi untuk berperang esok hari.
Esoknya mereka bangun pagi-pagi sekali. Setelah
sarapan dirumah Nenek Osca, meraka berangkat menuju ke hutan perbatasan. Nenek Osca
membekali mereka dengan berbagai ramuan. Baik ramuan untuk menjaga fisik mereka
ataupun ramun sebagai bahan untuk berperang.
Tepat memasuki wilayah hutan perbatasan, Paman
Oliver menghentikan langkah. “ Tunggu sebentar “
“ Ada apa, Paman ? “ Tanya Thara. Paman Oliver
mengeluarkan dua buah ketapel lalu membericannya kepada Thara dan Eric.
“ Paman baru ingat sesuatu. Paman mengetahui
kelemahan raja cartez. Kalian berdua, masuk ke dalam istana raja cartez. Ambil
buku kegelapan, jika sudah dapat kalian cepat kembali ke sini. Setelah itu
Paman akan membakar buku itu. Kekuatan raja cartez akan musnah dan dia akan
tersegel di dalam buku itu. Pakai ketapel itu saat kalian dalam keadaan
terdesak. Meskipun sederhana, tapi Paman yakin kalau ketapel itu akan membantu
kalian. Sekarang pergilah ke sana. Paman dan Arez akan menunggu kalian disini “
Thara dan Eric berpamitan pada keduanya dan segera
pergi. Meeka memakai jubah tak terlihat milik Paman Oliver. Andai saja ini
bukan waktu yag genting, pasti sekarang ini mereka persis bermain seperti Harry
Potter dengan jubah ajaibnya.
Satu jam lamanya, akhirnya mereka sampai di tepi
kerajaan raja cartez. Mereka menyusup ke dalam rumah lewat jendela yang agak
rendah di dekat pintu samping. Setelahnya, Thara dan Eric bergegas menuju ke
tempat dimana kemarin mereka bersembunyi. Wajah Thara berbinar begitu mendapati
buku itu masih ada. Ia segera mengambil buku itu dan menyembunyikannya di
kantong tas milik Nenek Osca.
“ Ayo, cepat “ perintah Eric. Thara mendesis pelan.
“ Sabar “
“ Kita kemana sekarang ? “ Tanya Eric sambil terus
berjaga-jaga. Thara terdiam sebentar lalu berkata. “ Kita harus membebaskan
Selyn. Aku yakin kalau Selyn pasti disekap di penjara bawah tanah “
Eric menatap Thara curiga. “ Darimana kamu tahu ? “
“ Itu hanya feeling saja “ balas Thara. Meskipun tak
begitu setuju dengan ide Thara, pada akhirnya Eric menurut juga. Mereka
bergegas menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. Benar saja apa feeling
Thara. Selyn disekap di tempat itu. Keadaan Selyn sangat memprihatinkan.
Wajahnya basah oleh air mata. Bajunya pun terlihat sangat kusut. Hampir saja
Selyn berteriak, jika saja Thara tidak mengisyaratkannya untuk diam.
“ Bagaimana
cara membukanya ? “ Tanya Thara. Eric memandang remeh keduanya.
“ Pakai saja jepit rambutmu untuk membuka gembok itu
“ ucap Eric. Thara segera melakukan apa yang diucapkan oleh Eric. Yeahhh,
akhirnya gembok itu berhasil terbuka. Mereka segera pergi menuju ke tempat dimana
mereka masuk tadi. Namun sepertinya dewi fortuna tidak ada di pihak mereka.
Thara sempat terjatuh dan akhirnya menimbulkan keributan.
Mereka ketahuan dan para pengawal raja cartez segera
mengejar mereka. Ketapel milik Paman
Oliver sedikit membantu mereka. Begitupun dengan ramuan milik Nenek Osca.
Sampai di persimpangan jalan, mereka memilih berhenti karena Selyn sudah tidak
kuat berlari. Thara segera meminumkan ramuan Nenek Osca kepada Selyn. Kesehatan
Selyn berangsur membaik. Thara dan Eric juga ikut meminum ramuan itu supaya
tenaga mereka kembali pulih. Baru saja mereka hendak berdiri, Thara merasa
tangan kanannya dicengkeram oleh sesuatu. Selyn menjerit keras. Rupanya raja
cartez berhasil menemukan mereka.
“ Sejauh apapun kalian berlari, aku pasti kan
menemukan kalian dengan mudah “ raja cartez memandang ketiga bocah itu remeh. “
Dan kamu putri kecil, sebaiknya kamu menyerah saja. Karena apa ? Karena
sebentar lagi kamu akan bernasib sama seperti ayah dan ibumu “
“ Tak akan kubiarkan kau menyakitiku “ Thara segera
menarik ujung ketapelnya. Batu itu meluncur ke arah tubuh raja cartez dengan
keras. Bukannya kesakitan, raja cartez malah tertawa. “ Pelurumu tak bisa
menembus tubuhku,Putri kecil. Jadi jangan bermain-main “
“ Bersiap-siaplah “ raja cartez membuka sarung
tangannya. Langit berubah menjadi gelap. Sebuah kilatan petir keluar dari
tangan raja cartez dan menyambar sebatang pohon hingga roboh. Ketiga anak itu
mendadak berdiri mematung di tempat. Kaki mereka sulit digerakkan. Jika
kekuatan raja cartez saja seperti ini, bagaimana bisa mereka melawannya hanya
dengan bermodalkan ketapel seperti itu.
Sebelum raja cartez berhasil mengayunkan tangannya
ke arah Thara, sebuah kekuatan menghalanginya. Kekuatan itu berasal dari Arez.
Di sampingnya berdiri Paman Oliver beserta para penduduk bangsa Loire putih.
“ Arez “ pekik Thara. Cowok itu tersenyum dan
mengangguk. “ Aku berjanji akan melindungi adikku dan tak akan membiarkan
siapapun menyakitinya termasuk kamu “ ucap Arez menunjuk raja cartez. Raja cartez
berteriak marah. Pertarungan sengit pung langsung terjadi. Baku hantam kekuatan
saling tak terelakkan kekuatan keduanya hampir sebanding. Arez dengan panah
ajaibnya sedangkan raja cartez dengan tangan petirnya. Saat Arez hamper
terdesak, Thara refleks berteriak dan mengacungkan tangannya. Seketika, angin
beliung menyelimuti tempat itu.Eric Dan Selyn saling berpegangan pada batang
kayu yang kokoh. Kekuatan sang putri sudah muncul. Apakah ini pertanda baik?
Dari kejauhan, Nenek Osca tersenyum senang. Ini yag diharapkan. Sebentar lagi
cartez akan segera musnah dan negeri Loire akan kembali aman tanpa gangguan
kekuatan jahat.
Munculnya kekuatan Thara, malah semakin
membangkitkan amarah raja cartez ia membuka sarung tangan di tangan yang
satunya lagi. Thara meneguk ludahnya susah payah. Ini bukan hal baik. Sesuatu
pasti akan terjadi.
Benar saja, saat Arez lengah menghadapi para
prajurit, raja cartez segera mengarahkan tangannya ke arah Arez. Paman Oliver
segera menerjang tubuh Arez. Naas, petir itu malah menyambar tubuh Paman Oliver
dengan Arez yang yang jatuh tak jauh darinya.
“ Paman !!!! “
Mata Thara berkilat marah. Ia segera mengeluarkan buku kegelapan dari kantong
tasnya dan membakar buku itu tanpa ampun. Seketika, raja cartez berteriak
sangat keras. Tubuhnya berubah menjadikabutberwarna hitam yang membumbung ke
udara. Para prajuritnya hilang lenyap tak berbekas. Jiwa raja cartez masuk ke
dalam buku itu. Thara segera mengucapkan mantra penyegel buku kegelapan.
Buku itu sudah tak terbakar dan tepat saat itu Nenek
Osca datangdan mengambil buku itu.“ Nenek akan menjaga buku ini. Sekarang raja
cartez sudah tersegel. Ayo kita pulang. Nanti malam adalah waktunya festival
Lentera karena nanti malam adalah bulan purnama yang ke-7. Tapi sebelum itu,
kita harus menghadiri upacara pemakaman Paman Oliver. Nanti nenek akan memberi
tahu para tetua negeri Loire “ usai berkata demikian, mereka semua pulang.
Malamnya, di sebuah tempat lapang, upacara pemakaman
Paman Oliver dimulai. Para tetua negeri Loire membacakan mantra serta doa-doa
kepada Paman Oliver. Thara tak sanggup menahan air matanya. Arez yang berada di
samping Thara mencoba menguatkan adiknya. “ Jangan bersedih, Paman pasti tidak
suka jika kita bersedih. Lebih baik kita mendoakan Paman saja “
Upacara pemakaman berlangsung khidmat. Kini upacara
telah selesai. Para penduduk negeri Loire tampak ramai berkumpul di Padang
Lentera, tempat dimana Festival Lentera diadakan. Festival itu diselenggarakan
setiap tahunnya, tepat saat bulan purnama ke-7. Nenek Osca beserta Ares, Thara,
Selyn, dan Eric tampak menikmati festival itu. Mereka masing-masing membawa
satu buah Lentera. Festival itu disertai dengan menulis sebuah pengharapan di
selembar kertas dan menempelkannya pada Lentera itu dan berharap doa-doa serta harapan mereka akan
terbang tinggi serta terkabul.
Thara memejamkan matanya. Tiba-tiba suara benda
jatuh mengagetkannya. Buku kuno. Buku yang mereka temukan di perpustakaan telah
kembali.
“ Eric, Selyn lihat ini “ Thara mengacungkan buku
itu pada kedua sahabatnya.
Keduanya tampak terkejut lalu tersenyum. “ Akhirnya
kita bisa pulang “ ucap Eric. Selyn mengangguk setuju. “ Orang tuaku pasti
sudah khawatir karena aku pergi berhari-hari “
Arez dan Nenek Osca menghampiri mereka. Tanpa
permisi, Arez langsung memeluk Thara. “ Apa kamu akan pulang ? Apa kamu akan
meninggalkan kakak disini ? “
Thara melepaskan pelukan Arez dan menggeleng. “
Tentu saja aku harus pulang. Tapi kakak jangan khawatir. Aku janji aku akan
sering-sering berkunjung kesini bersama Eric dan Selyn untuk mengunjungi kakak
dan nenek “
Selyn menunjukkan kelingkingnya. “ Selyn juga janji
bakalan terus menjadi sahabat Thara. Selyn akan menemani Thara berkunjung ke
sini “
Kali ini Eric mendekat ke arah Thara dan Arez. “
Kalau aku lain lagi janjinya. Aku berjanji akan menjadi calon adik ipar yang
baik buatmu, wahai kakak ipar “ ucap Eric sambil mengedipkan matanya ke arah Thara
“ Apa maksudmu? “ tanya Arez. Thara menggeleng. Eric
semakin gencar menggodanya. Ia menggenggam Paksa tangan Thara dan menunjukkannya
kepada Arez.
“ Saat dewasa nanti, aku akan menikahi Thara dan
berjanji menjaganya “ucap Eric mantap. Selyn mengerlingkan mata dengan genit ke
arah Thara. Thara mendengus dengan keras sampai-sampai membuat Eric tertawa
kencang.
Arez mengangguk dan menarik Thara ke arahnya. “
Benar, aku juga tidak setuju “ ucap Arez. “ Ya kan, Nek ? “ tanyanya dengan
wajah meminta dukungan.
Nenek hanya geleng-geleng kepala. “ Tapi nenek suka
kalau Eric bersama Thara. Nenek yakin kalau Eric bisa menjaga Thara “ jawab
nenek yang disambut kekehan Selyn.
“ Selyn juga
setuju, tuh. Soalnya Eric dan Thara itu cocoookkk banget “ ucap Selyn dengan
gaya centilnya.
“
Sudah-sudah, kok malah jadi bahas aku sama Eric, sih. Ayo sekarang kita pulang
“ ajak Thara. Mereka bertiga saling bergandengan tangan dan memejamkan matanya.
Perlahan-lahan cahaya itu kembali keluar dari buku dengan gambar yang sama,
yaitu cermin ajaib. Arez dan nenek melambaikan tangan kepada mereka.
Lorong itu telah berpindah mengantarkan mereka kembali
ke dunianya. Membawa kenangan yang tak bisa mereka lupakan.
Thara memandang buku kuno itu dengan mata berkaca.
Disampingnya, Selyn dan Eric menatap iba. Pasti Thara teringat akan keberadaan
mereka di negeri Loire. Kejadian itu sudah seminggu yang lalu dan sekarang
Thara mendadak sedih lagi. Ia kembali teringat dengan Paman Oliver serta semua
hal yang ada disana.
“ Sudah, jangan nangis lagi. Kan aku udah janji sama
Arez kalau aku bakal jagain kamu, Ra “
Thara mendelik kesal ke arah Eric. “ Apaan sih, Rik.
Nggak usah geer, deh “
“ Siapa yang geer, aku serius tahu “ ucap Eric tak
terima. Selyn jadi bingung sendiri. Dia mau ikut-ikutan debat tapi takut sama Pak
Adam yang kebetulan ngajar di kelas mereka. Dan tanpa kedua sahabatnya itu
sadari, sejak tadi Pak Adam sudah memperhatikan tingkah mereka.
“ Eric, Thara…kalian bisa diam atau mau bapak hukum
lagi ? “
“ Boleh, Pak dengan senang hati “ terlanjur sudah
Eric menjawab. Alhasil, dua anak itu sekarang berada di bawah tiang bendera
sekolah. Memberi hormat pada sang saka merah putih. Thara terus saja menekuk
wajahnya. Berbeda dengan makhluk disampingnya yang justru cengengesan.
“ Nggak usah cemberut, deh. Muka kamu tuh nggak
pantes kaya gitu. Kaya cucian lecek aja” sindir Eric. Cowok itu menarik rambut Thara dan segera berlari
menjauhi gadis itu.
“ ERIC !!!! JANGAN KABUR KAMU !!!! “
Thara berhenti sejenak. Ia menengadahkan kepalanya
menatap langit. Seulas senyum kecil terpulas di bibir mungilnya. Inikah akhir
dari ceritanya ? Bukan. Justru inilah awal dari segalanya. Kini matanya menatap
ke arah Eric yang masih saja berlari dari kejarannya. Selyn dan Eric. Itu
adalah dua kata yang tak bisa Thara lupakan.
Bagi thara, mereka bukan hanya seorang sahabat, tapi lebih dari kata
sahabat. Mereka adalah saudara baginya. Tanpa mereka, mungkin ia tak bisa
menyingkap tabir-tabir misteri tentang dirinya. Terima kasih Eric, terima kasih Selyn…
***
Seperti halnya
cinta, sahabat akan muncul dari pihak yang tidak terduga. Musuhmu saat ini bisa
saja menjadi sahabatmu di lain hari. Ketika kebencian meliputi, dialah musuhmu.
Ketika cinta bernaung, mereka menjadi sahabatmu. Jika kamu memilih untuk
bergerak berdasarkan cinta, dia akan jadi teman untukmu. Cinta yang mampu
melunturkan kebencian dan mendatangkan sahabat untukmu.~ Martin Luther
King, Jr.
Tokoh Terinspirasi dari novel tere liye. Bumi
~ TAMAT ~
Komentar
Posting Komentar