SOCCER LOVE PART 1~( RIFY)
Hai, kali ini sku nggak nge-post cerbung, but aku mau ngepost Novelnya Kak Ida Farida " Soccer Love " yang menurutku oke banget. buat Kak Ida Farida aku izin, ya! Dan buat yang baca jangan anggap aku plagiat, ya soalnya aku cuma mau re-write ulang Novel ini tapi versi Rify. Hayooo!!! Buat anak-anak Rify maniacs ataupun ICIL-lovers siap-siap baca, ya !
NB: KARYA IDA FARIDA
Be Strong, Ify!
"Dasar kurang kerjaan!" Ify mengucap
gemas mendapati
lokerbya penuh
coretan pilox. Bermacam-macam bunyinya. Ada yang
berseru senang, 'Poor Ify, ha.. ha.. ha..!!!'. Ada
juga
yang berseru sedih, 'Malangnya! Hiks.. hiks.. hiks..', sok sedih tepatnya.
"Kenapa?
Hari
pertama masuk sekolah udah
langsung dapat sambutan?" Tiba-tiba saja sebuah suara
terdengar dari kejauhan. Tanpa memalingkan
wajahnya
pun, Ify sudah bisa menebak
suara siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Zevana.
Musuh besarnya sejak beberapa tahun terakhir. Seseorang
yang pastinya tertawa
senang melihat kehancurannya.
"Apa kabar, Fy? Hissashiburi
desu ne (lama ya, nggak ketemu)?" kata Zahra, satu dari dua
teman setia
Zevana yang selalu mengikuti kemana
pun
Zevana pergi. Dia
sempat jadi temen les Ify
di Japan Foundation setahun
yang lalu. Zahra berhenti les karena
terlalu sibuk ngurusin asmanya.
"Minggir!" Ify menutup loker dan berniat pergi ke
kelasnya.
"Hei, apa Ify yang
pintar jadi
bodoh
setelah
terlalu lama mendekam di dalam rumah? Sampai-sampai kata untuk menyapa
pun lupa."
Ify hanya diam. "Eh, Fy, apa
elo..."
"Minggir aku
bilang! Aku
nggak punya urusan
sama kalian!"
"Oh ya?
Tapi sayangnya kita
mau tuh cari urusan sama elo," tambah
Dea,
teman Zevana yang
satunya lagi, yang
punya postur tubuh
mirip pohon kelapa, jangkung
dan
kurusnya minta ampun. Pokoknya, kurus-sekurusnya manusia deh. Oh ya, ada tambahan. Dia
juga
rada item. Berkulit coklat tepatnya. Meski memang
dia
juga nggak kalah
cantik dari Zevana dan Zahra. Ya iyalah.. merrka bertiga
anak
Cheers. Dan memang
seperti itulah biasanya
gambaran anak populer yang
ikut Cheerleader, cantik. Well, tapi secantik-cantiknya
Zevana and the gank, tetap saja yang
lebih cantik di mata cowok-cowok adalah Alyssa
Saufika Umari. Lepas dari arogansi
dan sifat dinginnya, cewek yang satu
ini punya nilai lebih
yang bahkan
tiga
Zevana dan teman-temannya pun tidak bisa
menyamai. Dia pintar. Asli pintar. Dia
adalah juara umum berturut-turut dari kelas
satu sampai kelas dua,
penerima tetap beasiswa
Guardian berkat prestasinya
sejak SD, jago main piano,
menguasai
tiga bahasa
: Jepang, Inggris, dan Korea. Berarti empat kalo ditambah
sama
bahasa Indonesia.
"Fy, kamu tau nggak kalo selama
hampir dua minggu ini kita.."
Zevana tidak melanjutkan kalimatnya. Kata-katanya
tiba-tiba saja terhenti kala pandangan matanya
bertautan dengan pandangan seseorang. Seseorang
yang seolah tegas-tegas
meminta dia dan
dua temannya
untuk menjauhi Ify.
"Kali ini
elo
selamat, tapi lain kali.." Dea, yang
tampaknya
juga melihat orang itu, setali
tiga uang dengan Zevana. Nggak bermaksud memperpanjang
urusan sama Ify.
"Ify, tunggu!" Cowok misterius
itu
berlari mengejar Ify, yang spontan membalikkan badan
saat melihatnya. Mau
tahu siapa tuh cowok?
Kita saksikan
di episode
berikutnya. Lho??
Bercanda! Hehe..
Cowok itu adalah
Debo. Satu dari
sekian banyak orang yang
turut memperpanjang
goresan luka
di hati Ify. Dia adalah ketua
OSIS di
SMA
Guardian. Cowok super cakep
n pintar ini
jadi
incaran
cewek-cewek se-Guardian, mulai dari kelas satu
sampai kelas tiga. Tampangnya
itu
ya..
ya cakep lah
pokoknya. Bayangin aja muka orang-orang
cakep sedunia. Debo
ya kayak gitu. "Fy, Fy, kamu
nggak apa-apa kan?" tanya
Debo
sambil memegang
bahu Ify.
"Lepas!" "Ify.."
"Kalo kamu pikir aku
akan
berterima kasih atas
apa yang kamu lakukan
tadi, kamu salah!" Ify berucap
dingin seraya menyingkirkan tangan Debo dari
tangannya. "Fy.." Debo berlari
lagi mengejar Ify yang mulai
berjalan
cepat. "Fy, kamu
harus kasih aku kesempatan
buat ngomong. Kasih aku kesempatan
buat
ngejelasin semuanya," pintanya.
"Apa? Kamu
ngomong
seolah
kamu
nggak punya
salah sama aku." "Fy, aku tahu. Aku tahu aku
salah. Aku.."
Ify mengangkat sebelah tangannya
tinggi-tinggi, seolah memberi tanda pada
Debo
agar berhenti bicara. "Buat aku semua udah
jelas, dan aku
nggak butuh tambahan lagi dari kamu
untuk memperjelas
semuanya. Aku
hargai keputusan kamu. Jadi, sekarang
tinggal kamunya
yang harus hargai keputusan
aku.
Aku.. aku
nggak mau berurusan lagi sama kamu!"
tegas Ify, membuat sekujur tubuh
Debo membeku seketika.
"Aku
sayang kamu, Fy. Lepas
dari semua yang terjadi, aku
cuma
tahu kalo aku
sayang sama kamu."
Debo mengucap lirih, nggak lama setelah Ify
beranjak cukup
jauh darinya.
Sekuat tenaga Ify
menahan
badannya agar
tidak berbalik. Sekuat tenaga
dia mengajak
kakinya
untuk melangkah. Masih terekam jelas
di kepalanya kejadian malam itu. Ketika Mamanya Debo datang dan memintanya
untuk segera mengakhiri
hubungan dengan anaknya. Hatinya
sakit sekali.
***
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam. Kamu
udah pulang, Fy," kata
seseorang dari dalam rumah, nggak lama setelah
Ify sampai depan pintu.
"Kakak.."
Ify tersenyum sumringah mendapati
sang Kakak menyambutnya. Dialah Fakhrul
Irsyad
atau biasa disapa Irsyad. Kakaknya
tersayang yang sepintas mirip
artis Taiwan
blasteran
Jepang. Takeshi
Kenishiro. "Kakak kok udah pulang?"
"Kakak kangen sama kamu, makanya
milih
pulang
cepet."
"Kakak kan
baru
aja seminggu kerja di
sana. Mana mungkin
bisa
pulang
cepet cuma
dengan
alasan kangen
sama Adiknya yang
manis. Kakak dipecat ya?"
selidik Ify
cemas.
"Kamu..! Kakak cuma kebetulan aja lagi ada
waktu, makanya
pulang sebentar. Kan
mau
makan siang sama kamu. Untung kamu pulangnya cepet."
"Hari ini kebetulan ada
rapat guru, makanya pulang cepat." "Syukurlah. Kakak pikir kamu sengaja kabur dari
sekolah."
"Maunya
sih gitu."
Ify menjatuhkan badannya
di sofa. "Hari ini
bener-bener nyebelin. Semua
orang di sekolah juga
nyebelin. Kakak tau
nggak? Mereka
ngetawain Ify sepanjang perjalanan mulai dari
gerbang sampai kelas, mereka juga
Vinret-Vinret loker Ify, naroin meja
Ify
kecoa madagaskar, dan
banyak lagi. Pokoknya bener-bener kurang
kerjaan! Rese!
Tingkah
anak-anak di sekolah
hari ini tuh.. bla-bla-bla.." Ify
nyerocos kayak kereta
Pakuan, nyeritain kejengkelannya pada teman sekolahnya. Sementara Irsyad diam membisu
dengan raut wajah penuh sesal
dan sedih.
"Fy, kamu.."
"Ha.. ha.. ha.. Kakak kenapa? Kenapa pasang muka bloon gitu?"
"Apa?!"
"Emangnya
Kakak kira yang
tadi Ify omongan serius
ya? Ya
nggaklah. Kakak ini.. apa
Kakak
kira kalo Ify
diperlakukan
seperti itu Ify
akan tinggal diam?
Yang ada Ify udah ninjuin
mereka
satu per satu, gimana sih?"
"Jadi, tadi itu.."
"Joodang wayo (bercanda)! Bercanda kali."
Ify terkekeh. "Kamu tuh ya..!"
"Aduuh!" Ify mengaduh
saat sang Kakak mendaratkan
jitakan
di kepala untuknya.
"Jangan norak deh! Bikin
jantungan aja."
"Kakak sih terlalu
parno. Biasa aja donk. Pokoknya Kakak nggak usah khawatirin
Ify. Ify pasti akan
baik-baik aja. Semua ini mungkin
emang nggak mudah, tapi bukan berarti Ify
nggak mampu melaluinya. Kan ada
Kakak. Asalkan ada Kakak, nggak peduli
dunia
akan jadi seperti
apa,
Ify pasti akan tetap menjalaninya. Gitu kan Papa selalu
bilang? Kita sebagai
saudara harus tetap
bersama, baru semua
jadi
ringan, iya
kan?"
Irsyad tertegun mendengar penuturan sang
Adik. Selama beberapa
saat hanya kebisuan
yang ada, disertai dengan mata yang
berkaca-kaca.
"Ify
sayaaang
banget sama Kakak. Ify
janji, Ify nggak akan
buat Kakak sedih
lagi. Nggak akan buat Kakak takut lagi,"
Ify mengucap seraya
memeluk sang Kakak.
"Kakak juga
sayang kamu. Sayaaang banget." Irsyad
membalas pelukan
itu. Bisa dirasakan olehnya, airmata yang
tadi
menggenang mulai
berjatuhan.
"Maafin Ify, Kak. Ify nggak bermaksud bohong sama Kakak. Ify juga nggak bermaksud
menjauhkan Kakak dari kesedihan
Ify. Ify cuma
nggak mau buat Kakak sedih lagi. Nggak
mau
buat Kakak cemas dan
berpikir banyak tentang
Ify.
Karena Kakak sudah terlalu
banyak berpikir dan banyak menderita karena Ify," batin
Ify.
Sedih banget dia kalo ingat kejadian
demi kejadian
di sekolahnya tadi. Kalo ingat Debo.
***
Seminggu berlalu
sejak Ify
kembali ke
sekolah. Sejak kehidupan
barunya sebagai seorang anak manusia yang
nggak
luput dari masalah
dimulai. It means, tiga minggu
pasca kejadian
menyesakkan
dada itu. Irsyad semakin mantap
menjalani profesi
barunya sebagai wartawan
freelance di
sebuah majalah
yang target marketi-nya adalah usahawan. Majalah bisnis
gitu
deh. Nggak sia-sia
ilmu
ekonomi yang
didapatnya
dari Universitas Tokyo, Jepang. Sementara Ify, dia masih disibukkan dengan
sekolah seperti biasanya, dan
juga ulah iseng
teman-teman
sekelasnya. Yang tidak biasa adalah
bahwa
dia sudah mulai menikmati nauk kendaraan umum, meski
cuma
sekali-sekali. Dia
masih tetap lebih nyaman
naik taksi daripada bus kota atau
sodaranya (ya kopaja, metromini, dll).
Selanjutnya, tanpa sepengetahuan Kakaknya
juga, Ify mulai iseng-iseng mencari pekerjaan. Bukan agar dia mendapat uang
atau semacamnya, tetapi lebih
agar bisa membantunya melupakan
setiap kesedihan
yang dia rasakan. Dia harus mencari
kesibukan. Itu yang
dia tahu. "Fy, kenapa Kakak ngerasa
akhir-akhir ini kamu sibuk banget ya? Sebenernya
kamu
ada kegiatan apa sih
di sekolah?"
tanya
Irsyad.
"Oh.. itu." Ify
mengibaskan
sebelah tangannya. Sebisa mungkin menghRiogkan rasa
gugupnya karena
takut ketahuan.
Bisa gawat kalau Irsyad
sampai tahu
dia pulang malam
lantaran kerja. "Apa maksudnya
Ify
kelihatan
sibuk akhir-akhir ini? Biasa
aja
kok. Ya.. cuma
sedikit pelajaran tambahan
di sekolah. Biasa lah, Kak,"
lanjutnya.
"Pelajaran tambahan?"
Ify mengangguk seraya mencaplok rotinya.
"Sampe malam begitu? Dalam rangka apa?"
selidik Kakaknya lagi.
"Dalam rangka.. ya
ampun,Kak!!!" Ify menepuk keningnya. "Ify
lupa kalo
hari ini ada ulangan," lanjutnya
mengalihkan pembicaraan.
"Hah?!"
"Ayo cepet! Bisa gawat kalo
sampe
telat!"
"Sekarang kan
baru jam setengah
tujuh kurang."
Irsyad
melihat ke
arah jarum jamnya. "Eh,
emangnya nggak belajar? Kenapa bisa lupa
gitu sih?"
Irsyad
terheran-heran.
"Ya.. namanya juga
lupa, ya nggak inget lah." Ify beralasan sambil berlari menuju mobil.
Tinggal Irsyad
yang kebin dutagan. Sepanjang sejarah dia kenal Adiknya, kayaknya
baru hari ini ada adegan Ify kaget lantaran ada
ulangan. Padahal sih, sebelum-sebelumnya selalu santai.
Toh setiap hari dia memang
selalu belajar. Alyssa Saufika Umari gitu loh! Se-antero jagad Guardian juga tahu kalau
dia
yang terpintar di
generasinya.
"Pasti
ada yang
nggak beres. Sebenarnya apa
yang
kamu
sembunyikan, Fy?" batin sang
Kakak
sebelum akhirnya
menyusul Ify ke mobil.
Bersambung...
Sorry, kalau banyak Typo nulisnya! Kalau mau dilanjut, comment-nya ditunggu! Thanks a lot yang udah mau baca...
Komentar
Posting Komentar